BAB
I
PENDAHULUAN
A.
PENGERTIAN UMUM
1.
LOGIKA
Logika
berasal dari kata Yunani kuno λόγος (logos) yang berarti hasil
pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam
bahasa. Logika adalah salah satu cabang filsafat.
Sebagai
ilmu, logika disebut dengan logike episteme (Latin: logica scientia) atau ilmu
logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara
lurus, tepat, dan teratur. Ilmu disini mengacu pada kemampuan
rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi
untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan. Kata logis yang dipergunakan
tersebut bisa juga diartikan dengan masuk akal.
Pikiran
manusia pada hakikatnya selalu mencari dan berusaha untuk
memperoleh kebenaran. Karena itu pikiran merupakan suatu proses. Dalam proses
tersebut haruslah diperhatikan kebenaran bentuk dapat berpikir logis. Kebenaran
ini hanya menyatakan serta mengandaikan adanya jalan, cara teknik, serta
hukum-hukum yang perlu diikuti. Semua hal ini diselidiki serta dirumuskan dalam
logika.
Secara
singkat logika dapat dikatakan sebagai ilmu
pengetahuan dan kemampuian untuk berpikir lurus. Ilmu pengetahuan sendiri
adalah kumpulan pengetahuan tentang pokok tertentu. Kumpulan ini merupakan
suatu kesatuan yang sistematis serta memberikan penjelasan yang dapat
dipertanggungjawabkan. Penjelasan ini terjadi dengan menunjukkan sebab
musababnya.
2.
LOGIKA SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN
Logika juga termasuk dalam
ilmu pengetahuan yang dijelaskan diatas Kajian ilmu logika adalah azas-azas
yang menentukan pemikiran yang lurus, tepat, dan sehat. Agar dapat berpikir
seperti itu, logika menyelidiki, merumuskan, serta menerapkan hukum-hukum yang
harus ditepati. Hal ini menunjukkan bahwa logika bukanlah sebatas teori, tapi
juga merupakan suatu keterampilan untuk menerapkan hukum-hukum pemikiran dalam
praktek. Ini sebabnya logika disebut filsafat yang praktis.
Objek
material logika adalah berfikir. Yang dimaksud berfikir disini adalah kegiatan
pikiran, akal budi manusia. Dengan berfkir, manusia mengolah dan mengerjakan
pengetahuan yang telah diperolehnya. Dengan mengolah dan mengerjakannya ia
dapat memperoleh kebenaran. Pengolahan dan pegearjaan ini terjadi dengan
mempertimbangkan, menguraikan, membandingkan, serta menghubungkan pengertian
satu dengan pengertian lainnya.
Tetapi bukan sembarangan
berfikir yang diselidiki dalam logika. Dalam logika berfikir dipandang dari
sudut kelurusan dan ketepatannya. Karena berfikir lurus dan tepat merupakan
objek formal logika. Suatu pemikiran disebut lurus dan tepat, apabila pemikirn
itu sesuai dengan hukum-hukum serta aturan-aturan yang sudah ditetapkan dalam
logika.
Dengan demikian kebenaran
juga dapat diperoleh dengan lebih mudah dan aman. Semua ini menunjukkan bahwa
logika merupakan suatu pegangan atau pedoman untuk pemikiran.
Logika
merupakan sebuah ilmu pengetahuan dimana obyek materialnya adalah berpikir
(khususnya penalaran/proses penalaran) dan obyek formal logika adalah
berpikir/penalaran yang ditinjau dari segi ketepatan
Macam-macam
logika
a.
Logika
alamiah
Logika
alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus
sebelum dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan
yang subyektif. Kemampuan logika alamiah manusia ada sejak lahir.
b.
Logika
ilmiah
Logika
ilmiah memperhalus, mempertajam pikiran serta akal budi.
Logika
ilmiah menjadi ilmu khusus yang merumuskan azas-azas yang harus ditepati dalam
setiap pemikiran. Berkat pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat
bekerja dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah dan lebih aman. Logika
ilmiah dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan atau, paling tidak, dikurangi.
3.
LOGIKA
SEBAGAI CABANG
ILMU FILSAFAT
Logika
adalah sebuah cabang filsafat yang praktis. Praktis disini berarti logika dapat
dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari Logika lahir bersama-sama
dengan lahirnya filsafat di Yunani. Dalam usaha untuk memasarkan
pikiran-pikirannya serta pendapat-pendapatnya, filsuf-filsuf Yunani kuno tidak
jarang mencoba membantah pikiran yang lain dengan menunjukkan kesesatan
penalarannya.
Logika digunakan untuk melakukan
pembuktian. Logika mengatakan yang bentuk inferensi yang berlaku dan yang
tidak. Secara tradisional, logika dipelajari sebagai cabang filosofi, tetapi
juga bisa dianggap sebagai cabang matematika. logika tidak bisa dihindarkan
dalam proses hidup mencari kebenaran.
B.
SEJARAH LOGIKA
1.
Awal Perkembangan Logika
Logika pertama-tama disusun oleh Aristoteles (384-322
SM), sebagai sebuah ilmu tentang hukum-hukum berpikir guna memelihara jalan
pikiran dari setiap kekeliruan. Logika sebagai ilmu baru pada waktu itu,
disebut dengan nama “analitika” dan “dialektika”. Kumpulan karya tulis
Aristoteles mengenai logika diberi nama Organon, terdiri atas enam bagian.
Theoprastus (371-287 sM), memberi sumbangan terbesar
dalam logika ialah penafsirannya tentang pengertian yang mungkin dan juga
tentang sebuah sifat asasi dari setiap kesimpulan. Kemudian, Porphyrius
(233-306 M), seorang ahli pikir di Iskandariah menambahkan satu bagian baru
dalam pelajaran logika. Bagian baru ini disebut Eisagoge, yakni sebagai
pengantar Categorie. Dalam bagian baru ini dibahas lingkungan-lingkungan zat
dan lingkungan-lingkungan sifat di dalam alam, yang biasa disebut dengan
klasifikasi. Dengan demikian, logika menjadi tujuh bagian.
Tokoh
logika pada zaman Islam adalah Al-Farabi (873-950 M) yang terkenal mahir dalam
bahasa Grik Tua, menyalin seluruh karya tulis Aristoteles dalam berbagai bidang
ilmu dan karya tulis ahli-ahli pikir Grik lainnya. Al-Farabi menyalin dan
memberi komentar atas tujuh bagian logika dan menambahkan satu bagian baru
sehingga menjadi delapan bagian.
Karya Aristoteles tentang logika dalam buku Organon
dikenal di dunia Barat selengkapnya ialah sesudah berlangsung
penyalinan-penyalinan yang sangat luas dari sekian banyak ahli pikir Islam ke
dalam bahasa Latin. Penyalinan-penyalinan yang luas itu membukakan masa dunia
Barat kembali akan alam pikiran Grik Tua.
Petrus Hispanus (meninggal 1277 M) menyusun pelajaran
logika berbentuk sajak, seperti All-Akhdari dalam dunia Islam, dan bukunya itu
menjadi buku dasar bagi pelajaran logika sampai abad ke-17. Petrus Hispanus
inilah yang mula-mula mempergunakan berbagai nama untuk sistem penyimpulan yang
sah dalam perkaitan bentuk silogisme kategorik dalam sebuah sajak. Dan kumpulan
sajak Petrus Hispanus mengenai logika ini bernama Summulae.
Francis Bacon (1561-1626 M) melancarkan serangan sengketa
terhadap logika dan menganjurkan penggunaan sistem induksi secara lebih luas.
Serangan Bacon terhadap logika ini memperoleh sambutan hangat dari berbagai
kalangan di Barat, kemudian perhatian lebih ditujukan kepada penggunaan sistem
induksi.
Pembaruan logika di Barat berikutnya disusul oleh
lain-lain penulis di antaranya adalah Gottfried Wilhem von Leibniz. Ia
menganjurkan penggantian pernyataan-pernyataan dengan simbol-simbol agar lebih
umum sifatnya dan lebih mudah melakukan analisis. Demikian juga Leonard Euler,
seorang ahli matematika dan logika Swiss melakukan pembahasan tentang term-term
dengan menggunakan lingkaran-lingkaran untuk melukiskan hubungan antarterm yang
terkenal dengan sebutan circle-Euler.
John Stuart Mill pada tahun 1843 mempertemukan sistem
induksi dengan sistem deduksi. Setiap pangkal-pikir besar di dalam deduksi
memerlukan induksi dan sebaliknya induksi memerlukan deduksi bagi penyusunan
pikiran mengenai hasil-hasil eksperimen dan penyelidikan. Jadi, kedua-duanya
bukan merupakan bagian-bagian yang saling terpisah, tetapi sebetulnya saling
membantu. Mill sendiri merumuskan metode-metode bagi sistem induksi, terkenal
dengan sebutan Four Methods.
Logika Formal sesudah masa Mill lahirlah sekian banyak
buku-buku baru dan ulasan-ulasan baru tentang logika. Dan sejak pertengahan
abad ke-19 mulai lahir satu cabang baru yang disebut dengan Logika-Simbolik.
Pelopor logika simbolik pada dasarnya sudah dimulai oleh Leibniz.
Logika simbolik pertama dikembangkan oleh George Boole
dan Augustus de Morgan. Boole secara sistematik dengan memakai simbol-simbol
yang cukup luas dan metode analisis menurut matematika, dan Augustus De Morgan
(1806-1871) merupakan seorang ahli matematika Inggris memberikan sumbangan
besar kepada logika simbolik dengan pemikirannya tentang relasi dan negasi.
Tokoh logika simbolik yang lain ialah John Venn
(1834-1923), ia berusaha menyempurnakan analisis logik dari Boole dengan
merancang diagram lingkaran-lingkaran yang kini terkenal sebagai diagram Venn
(Venn’s diagram) untuk menggambarkan hubungan-hubungan dan memeriksa sahnya
penyimpulan dari silogisme. Untuk melukiskan hubungan merangkum atau menyisihkan
di antara subjek dan predikat yang masing-masing dianggap sebagai himpunan.
Perkembangan logika simbolik mencapai puncaknya pada awal
abad ke-20 dengan terbitnya 3 jilid karya tulis dua filsuf besar dari Inggris
Alfred North Whitehead dan Bertrand Arthur William Russell berjudul Principia
Mathematica (1910-1913) dengan jumlah 1992 halaman. Karya tulis
Russell-Whitehead Principia Mathematica memberikan dorongan yang besar bagi
pertumbuhan logika simbolik.
Di Indonesia pada mulanya logika tidak pernah menjadi
mata pelajaran pada perguruan-perguruan umum. Pelajaran logika cuma dijumpai
pada pesantren-pesantren Islam dan perguruan-perguruan Islam dengan
mempergunakan buku-buku berbahasa Arab. Pada masa sekarang ini logika di
Indonesia sudah mulai berkembang sesuai perkembangan logika pada umumnya yang
mendasarkan pada perkembangan teori himpunan.
Berikut akan diuraikan perkembangan
ilmu logika.
2.
Perkembangan Logika Masa
Yunani Kuno
Logika
dimulai sejak Thales (624 SM – 548 SM),
filsuf Yunani pertama yang meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan
cerita-cerita isapan jempol dan berpaling kepada akal budi untuk memecahkan
rahasia alam semesta.
Thales
mengatakan bahwa air adalah arkhe (Yunani) yang berarti prinsip atau asas utama
alam semesta. Saat itu Thales telah mengenalkan logika induktif.
Aristoteles
kemudian mengenalkan logika sebagai ilmu, yang kemudian disebut logica
scientica. Aristoteles mengatakan bahwa Thales menarik kesimpulan bahwa air
adalah arkhe alam semesta dengan alasan bahwa air adalah jiwa segala sesuatu.
Dalam
logika Thales, air adalah arkhe alam semesta, yang menurut Aristoteles
disimpulkan dari:
Air
adalah jiwa tumbuh-tumbuhan (karena tanpa air tumbuhan mati)
Air adalah jiwa hewan dan
jiwa manusia
Air jugalah uap
Air jugalah es
Jadi,
air adalah jiwa dari segala sesuatu, yang berarti, air adalah arkhe alam
semesta.
Sejak
saat Thales sang filsuf mengenalkan pernyataannya, logika telah mulai
dikembangkan. Kaum Sofis beserta Plato
(427 SM-347 SM) juga telah merintis dan memberikan saran-saran dalam bidang
ini.
Pada
masa Aristoteles logika masih disebut dengan analitica, yang secara khusus meneliti berbagai argumentasi yang
berangkat dari proposisi yang benar, dan dialektika yang secara khusus meneliti
argumentasi yang berangkat dari proposisi yang masih diragukan kebenarannya.
Inti dari logika Aristoteles adalah silogisme.
Buku
Aristoteles to Oraganon (alat) berjumlah enam, yaitu:
1.
Categoriae
menguraikan pengertian-pengertian
2.
De interpretatione
tentang keputusan-keputusan
3.
Analytica Posteriora tentang
pembuktian.
4.
Analytica Priora
tentang Silogisme.
5.
Topica
tentang argumentasi dan metode berdebat.
6.
De sohisticis elenchis
tentang kesesatan dan kekeliruan berpikir.
Pada
370 SM – 288 SM Theophrastus, murid
Aristoteles yang menjadi pemimpin Lyceum, melanjutkan pengembangan logika.
Istilah
logika untuk pertama kalinya dikenalkan oleh Zeno dari Citium 334 SM – 226 SM pelopor Kaum Stoa. Sistematisasi
logika terjadi pada masa Galenus (130 M – 201 M) dan Sextus Empiricus 200 M,
dua orang dokter medis yang mengembangkan logika dengan menerapkan metode
geometri.
Porohyus
(232 – 305) membuat suatu pengantar (eisagoge) pada
Categoriae, salah satu buku Aristoteles.
Boethius
(480-524) menerjemahkan Eisagoge Porphyrius ke dalam bahasa Latin
dan menambahkan komentar- komentarnya.
Johanes
Damascenus (674 – 749) menerbitkan Fons Scienteae.
Pada abad 9 hingga abad 15,
buku-buku Aristoteles seperti De Interpretatione, Eisagoge oleh Porphyus dan
karya Boethius masih digunakan.
Thomas Aquinas 1224-1274 dan
kawan-kawannya berusaha mengadakan sistematisasi logika.
Tokoh-tokoh
Logika Modern:
Petrus Hispanus (1210 – 1278)
Roger Bacon (1214-1292)
Raymundus Lullus (1232 -1315)
yang menemukan metode logika baru yang dinamakan Ars Magna, yang merupakan
semacam aljabar pengertian.
William
Ocham (1295 – 1349)
Pengembangan
dan penggunaan logika Aristoteles secara murni diteruskan oleh Thomas Hobbes
(1588 – 1679) dengan karyanya Leviatan dan John Locke (1632-1704) dalam An
Essay Concerning Human Understanding.
Francis Bacon (1561 – 1626)
mengembangkan logika induktif yang diperkenalkan dalam bukunya Novum Organum
Scientiarum.
J.S. Mills (1806 – 1873)
melanjutkan logika yang menekankan pada pemikiran induksi dalam bukunya System
of Logic.
Lalu logika diperkaya dengan
hadirnya pelopor-pelopor logika simbolik seperti:
Gottfried
Wilhelm Leibniz (1646-1716) menyusun logika aljabar berdasarkan Ars Magna dari Raymundus Lullus. Logika
ini bertujuan menyederhanakan pekerjaan akal budi dan lebih mempertajam
kepastian.
Ø George Boole (1815-1864)
Ø John Venn (1834-1923)
Ø Gottlob Frege (1848 – 1925)
Lalu
Chares Sanders Peirce (1839-1914), seorang filsuf Amerika Serikat yang pernah
mengajar di John Hopkins University,melengkapi logika simbolik dengan
karya-karya tulisnya. Ia memperkenalkan dalil Peirce (Peirce’s Law) yang
menafsirkan logika selaku teori umum mengenai tanda (general theory of signs).
C.
LOGIKA
SEBAGAI MATEMATIKA MURNI
Logika
masuk kedalam kategori matematika murni karena matematika adalah logika yang
tersistematisasi. Matematika adalah pendekatan logika kepada metode ilmu ukur
yang menggunakan tanda-tanda atau simbol-simbol matematik (logika simbolik).
Logika tersistematisasi dikenalkan oleh dua orang dokter medis, Galenus
(130-201 M) dan Sextus Empiricus (sekitar 200 M) yang mengembangkan logika
dengan menerapkan metode geometri.
Puncak
kejayaan logika simbolik terjadi pada tahun 1910-1913 dengan terbitnya
Principia Mathematica tiga jilid yang merupakan karya bersama Alfred North
Whitehead (1861 – 1914) dan Bertrand Arthur William Russel (1872 – 1970).
Logika
simbolik lalu diteruskan oleh Ludwig Wittgenstein (1889-1951), Rudolf Carnap
(1891-1970), Kurt Godel (1906-1978), dan lain-lain.
D.
TOKOK-TOKOH LOGIKA
1.
Aristoteles
Aristoteles,
seorang filosof dan ilmuwan terbesar dalam dunia masa lampau, yang memelopori
penyelidikan ihwal logika, memperkaya hampir tiap cabang falsafat dan memberi
sumbangan-sumbangan besar terhadap ilmu pengetahuan. Pendapat Aristoteles, alam
semesta tidaklah dikendalikan oleh serba kebetulan, oleh keinginan atau
kehendak dewa yang terduga, melainkan tingkah laku alam semesta itu tunduk pada
hukum-hukum rasional. Kepercayaan ini menurut Aristoteles diperlukan bagi
manusia untuk mempertanyakan setiap aspek dunia alamiah secara sistematis, dan
kita harus memanfaatkan pengamatan
empiris, dan alasan-alasan yang logis sebelum mengambil keputusan.
2.
Raymundus
Lullus
Raymundus
Lullus mengembangkan metoda Ars Magna, semacam aljabar pengertian dengan maksud
membuktikan kebenaran – kebenaran tertinggi.
Francis
Bacon mengembangkan metoda induktif dalam bukunya Novum Organum Scientiarum . W.Leibniz menyusun logika aljabar untuk
menyederhanakan pekerjaan akal serta memberi kepastian. Emanuel Kant menemukan
Logika Transendental yaitu logika yang menyelediki bentuk-bentuk pemikiran yang
mengatasi batas pengalaman.
3.
Leibniz
Leibniz
menganjurkan penggantian pernyataan dengan symbol-simbol agar lebih umum
sifatnya dan lebih mudah melakukan analisis. Demikian juga Leonhard Euler,
seorang ahli matematika dan logika swiss melakukan pembahasan tentang term-term
dengan menggunakan lingkaran-lingkaran untuk melukiskan hubungan antar term
yang terkenal dengan sebutan sirkel-Euler.
4.
John
Stuart Mill
John
Stuart Mill mempertemukan system induksi dengan system deduksi. Setiap pangkal
pikir besar di dalam deduksi memerlukan induksi dan sebaliknya memerlukan
deduksi bagi penyusunan pikiran mengenai hasil eksperimen dan penyelidikan.
Jadi kedua-duanya bukan bagian yang saling terpisah, tetapi sebetulnya saling
membantu.
5.
Thales
Thales
(624 SM – 548 SM), filsuf Yunani pertama yang meninggalkan segala dongeng,
takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan berpaling kepada akal budi untuk
memecahkan rahasia alam semesta. Thales mengatakan bahwa air adalah arkhe
(Yunani) yang berarti prinsip atau asas utama alam semesta. Saat itu Thales
telah mengenalkan logika induktif.
Dalam logika Thales,
air adalah arkhe alam semesta, yang menurut Aristoteles disimpulkan dari:
Air adalah jiwa
tumbuh-tumbuhan (karena tanpa air tumbuhan mati)
Air adalah jiwa hewan
dan jiwa manusia
Air jugalah uap
Air jugalah es
Jadi, air adalah jiwa
dari segala sesuatu, yang
berarti,
air adalah arkhe alam
semesta.
Sejak
saat Thales sang filsuf mengenalkan pernyataannya, logika telah mulai
dikembangkan. Kaum Sofis beserta Plato (427 SM-347 SM) juga telah merintis dan
memberikan saran-saran dalam bidang ini.
Poespoprojo
Poespoprojo
menjelaskan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari aktivitas berpikir yang
menyelidiki pengetahuan yang berasal dari pengalaman-pengalaman konkret,
pengalaman sesitivo-rasional, fakta, objek-objek, kejadian-kejadian atau
peristiwa yang dilihat atau dialami.
Logika
bertujuan untuk menganalisis jalan pikiran dari suatu
penalaran/pemikiran/penyimpulan tentang suatu hal. Poespoprojo menjelaskan tentang
pikiran dan jalan pikiran dengan alur logika dan sistematika yang merupakan
alur pikiran algoritmik sementara Olson menekankan pada pemecahan masalah lewat
gagasan-gagasan yang diperoleh dengan jalan yang unik. Namun tetap berlandaskan
pada sistematika dan logika.
6.
Olson
Olson
tidak menerangkan definisi pemikiran dalam konteks logika namun menjelaskan
pikiran dalam konteks kreativitas. Pembahasannya ditekankan pada bahasan
mengenai pemecahan masalah dengan menempuh ‘jalan’ yang tidak biasa. Olson menggunakan
aspek-aspek di luar pembahasan logika dan ilmu menalar yang hampir bisa disebut
dengan logika transendental.
7.
Marx
dan Engels
Marx
dan Engels adalah murid Hegel di lapangan Logika. Dalam ilmu logika, mereka
berdua lah yang kemudian melakukan revolusi pada revolusi Hegelian—dengan
menyingkirkan elemen mistik dalam dialektikanya, dan menggantikan dialektika
idealistik dengan sebuah landasan material yang konsisten.
8.
Euklides
Euklides
melakukan hal yang sama untuk dasar-dasar geoemetri; Archimides untuk
dasar-dasar mekanika; Ptolomeus dari Alexandria kemudian menemukan astronomi
dan geografi; dan Galen untuk anatomi.
9.
Hegel
Hegel,
seorang tokoh dari sekolah filsafat idealis (borjuis) di Jerman, adalah seorang
guru besar yang pertama kali mentransformasikan ilmu logika, seperti di
sebutkan oleh Marx: “bentuk-bentuk umum gerakan dialektika yang memiliki cara
yang komprehensif dan sadar sepenuhnya.”
10.
Francis
Bacon
Francis
Bacon melancarkan serangan sengketa terhadap logika dan menganjurkan penggunaan
system induksa secara lebih luas. Serangan Bacon terhadap logika ini memperoleh
sambutan hangat dari berbagai kalangan di barat. Sehingga kemudian perhatian
lebih ditujukan pada system induksi.
11.
Theoprastus
Theoprastus
(371-287 sM), memberi sumbangan terbesar dalam logika ialah penafsirannya
tentang pengertian yang mungkin dan juga tentang sebuah sifat asasi dari setiap
kesimpulan. Kemudian, Porphyrius (233-306 M), seorang ahli pikir di Iskandariah
menambahkan satu bagian baru dalam pelajaran logika. Bagian baru ini disebut
Eisagoge, yakni sebagai pengantar Categorie. Dalam bagian baru ini dibahas
lingkungan-lingkungan zat dan lingkungan-lingkungan sifat di dalam alam, yang
biasa disebut dengan klasifikasi. Dengan demikian, logika menjadi tujuh bagian.
12.
Al-Farabi
Al-Farabi
(873-950 M) yang terkenal mahir dalam bahasa Grik Tua, menyalin seluruh karya
tulis Aristoteles dalam berbagai bidang ilmu dan karya tulis ahli-ahli pikir
Grik lainnya. Al-Farabi menyalin dan memberi komentar atas tujuh bagian logika
dan menambahkan satu bagian baru sehingga menjadi delapan bagian.
13.
John
Venn
John
Venn (1834-1923), ia berusaha menyempurnakan analisis logik dari Boole dengan
merancang diagram lingkaran-lingkaran yang kini terkenal sebagai diagram Venn
(Venn’s diagram) untuk menggambarkan hubungan-hubungan dan memeriksa sahnya
penyimpulan dari silogisme. Untuk melukiskan hubungan merangkum atau
menyisihkan di antara subjek dan predikat yang masing-masing dianggap sebagai
himpunan.
14.
Chares
Sanders Peirce
Chares
Sanders Peirce (1839-1914), seorang filsuf Amerika Serikat yang pernah mengajar
di John Hopkins University,melengkapi logika simbolik dengan karya-karya
tulisnya. Ia memperkenalkan dalil Peirce (Peirce’s Law) yang menafsirkan logika
selaku teori umum mengenai tanda (general theory of signs).